MAKALAH BIOLOGI PERAIRAN
EKOSISTEM LAUT DALAM
Disusun oleh
Nama : Wulan Sari Suhanto
NIM : 09304241048
Prodi : Pendidikan Biologi Subsidi
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERTAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
1. Mengetahui komponen penyusun ekosistem laut dalam ( baik komponen biotik maupun komponen abiotik)
2. Mengetahui interaksi yang terjadi antara factor biotik dan abiotik yang terjadi pada ekositem laut dalam
B. Latar belakang
Laut dalam merupakan daerah yang tidak pernah diungkapkan dan dijelajahi. Orang banyak mengeksplorasi ke luar angkasa dari pada ke bawah laut. Itulah sebabnya banyak yang tidak meng etahui keajaiban-keajaiban yang ada dilaut.
Di tahun 1960, Bathyscaphe Trieste menuju ke dasar dari Palung Mariana dekat Guam, pada kedalaman 35.798 kaki (10.911 m), titik terdalam di bumi. Jika Gunung Everest ditenggelamkan, maka puncaknya akan berada lebih dari satu mil dari permukaan. Pada kedalaman ini, ikan kecil mirip flounder terlihat.
Kapal selam penelitian Jepang, Kaiko, adalah satu-satunya yang dapat menjangkau kedalaman ini, dan lalu hilang di tahun 2003.
Hingga tahun 1970, hanya sedikit yang diketahui tentang kemungkinan adanya kehidupan pada laut dalam. Namun penemuan koloni udang dan organisme lainnya di sekitar hydrothermal vents mengubah pandangan itu. Organisme-organisme tersebut hidup dalam keadaan anaerobik dan tanpa cahaya pada keadaan kadar garam yang tinggi dan temperatur 149 oC. Mereka menggantungkan hidup mereka pada hidrogen sulfida, yang sangat beracun pada kehidupan di daratan. Penemuan revolusioner tentang kehidupan tanpa cahaya dan oksigen ini meningkatkan kemungkinan akan adanya kehidupan di tempat lain di alam semesta ini..
BAB II
ISI
Laut dalam adalah bagian dari lingkungan bahari yang terletak di bawah ke dalaman yang dapat diterangi sinar matahari di laut terbuka, dan lebih dalam dari paparan - paparan benua ( >200 m) . laut dalam diliputi suasana gelap gulita sepnjang tahun ( Nybakken,1988 :128). Pada ekosistem laut dalam terdapat komponen biotic serta abiotik. Selain itu terdapat interaksi antara komponen biotic dan abiotik tersebut . Kompoen abiotik pada ekosistem laut dalam antara lain :
1. Suhu
Kecuali di bagian atas zona mesopelagik dimana pada pada waktu dan kondisi tertentu masih ada cahaya matahari, laut dalam gelap gulita sepanjang tmasa ( intensitas cahaya nya sangat rendah ) sehingga fotosintesis tak mungkin berlangsung. Pada laut dalam tidak terdapat produksi primer ( Nybakken,1988 :133).
2. Kedalaman
Suatu zonasi dasar yang dapat dilakukan ialah membagi laut menjadi dua zona yaitu zona bentik ( berasosiasi dengan dasar laut ) dan zona pelagic ( berasosiasi dengan perairan terbuka ) . Karena terdapat perbedaan lingkungan fisik antara kedua zona ini, maka asosiasi organisme di zona ini sangat berbeda. Dewasa ini mungkin fauna bentik laut dalam lebih dikenal daripada fauna zona pelagic.
Tabel 4.1 Zona Zona Fauna Laut Dalam
Cahaya | Zona Pelagik | Kisaran Kedalaman | Zona Bentik | Kisaran Kedalaman |
Ada ( fotik ) | Epipelagik | 0 – 200 m | Paparan benua atau sublitoral | 0 – 200 m |
Tidak ada ( afotik ) | Mesopelagik | 200 – 1000 m ( ? ) | Batial | 200 – 400 m ( ? ) |
| Batipelagik | 1000 – 4000 m (?) |
|
|
| Abisal Pelagik | 4000 – 6000 m (?) | Abisal | 4000 – 6000 m ( ? ) |
| Hadal Pelagaik | 6000 – 10000 m | Hadal | 6000 – 10.000 m |
Menurut Hedepth , 1957
Catatan ( ? ) = berubah – ubah.
Menurut Nybakken(1988 :129),fauna bentik dapat dibagi menjadi dua yaitu penghuni zona batial di lereng benua dan penghuni zona abisal yang merupakan zona terluas di dasar laut dalam . Para penghuni palung – palung yang sangat dalam menempati suatu zona yang dinamakan zona hadal ( ultra abisal ).
Di bagian pelagic sebelah atas terdapat suatu zona yang terletak tepat di bawah zona eufotik. Banyak sekali hewan pwnghuni zona di bawah zona eufotik ini yang mengadakan migrasi ke zona eufotik pada malam hari . Zona ini dinamakan zona mesopelagik yang dihuni oleh sejum lah besar spesies hewan yang memiliki mata yang telah berkembang baik dan berbagai organ penghasil cahaya. Kebanyakan spesies ikan penghuni zona mesopelagik berwarna hitam,sedangkan spesies udang berwarna merah. Karena zona ini lebih mudah dicapai dibandingkan dengan zona – zona lainnya , pengetahuan tentang zona ini juga lebih banyak diketahui . Jumlah organisme penghuni zona mesopelagik rupanya terbanyak\ di antara zona – zona laut dalam lainnya. Zona ini membentang 700 sampai 1000 m dari batas bawah zona eufotik ke arah dasar perairan. Batas bawah nya bergantung pada lokasi perairan, kecerahan, dan factor – factor lain ( Nybakken,1988 :129).
Masih sangat sulit untuk mengadakan zonasi kolom air di bawah zona mesopelagik dan batas bawah palung – palung ( di kedalaman sekitar 6000m ) di bagi menurut Hedgpeth menjadi 2 zona yaitu ( Nybakken,1988 :129) :
a. Zona batipelagik di bagian atas
b. Zona abisal pelagic di bawah zona patipelagik.
Batas antara kedua zona ini sangat tidak jelas dan terdapat bermacam – macam pendapat tentang batas kedua zona ini. Dibandingkan dengan zona mesopelagik jumlah individu maupun spesies pada zona batipelagik dan zona abisal pelagic jauh lebih kecil. Penghuni zona ini cenderung berwarna putih atau tidak berwarna serta memiliki mata dan organ – organ penghasil cahaya yang rendah tingkat perkembangannnya.Kolom air yang ada di dalam suatu palung dinamakan zona hadal pelagik
3. Tekanan Hidrostastik
Tekanan hidrostastik menunjukan kisaran yang terbesar dari semua factor lingkungan laut dalam. Tiap kedalaman bertambah 10 meter akan mengakibatkan meningkatnya tekanan hidrostatik sebesar 1 atm . Karena laut dalam memiliki kedalaman berkisar antara beberapa ratus mete sampai lebih dari 10000 m ( di palung – palung tertentu ) ,tekanan hidrostatik berkisar antara 20 sampai lebih dari 1000 atm. Sebagian besar laut dalam bertekanan hidrostatik antara 200 sampai 600 atm( Nybakken,1988 :133).
Pengaruh tekanan hidrostatik terhadap organisme – organisme laut dalam dapat disimpulkan dari beberapa percobaan terhadap suatu kelompok organisme bahari yang dapat dipertahankan setelah ditangkap di laut dalam yaitu bakteri laut dalam. Dari hsil percobaan yang dilakukan bahwa bakteri laut dalam berhenti tumbuh dan berkembang biak pada tekanan – tekanan hidrostatik yang rendah , dan aktif tumbuh dengan berkembang biak dengan baik pada tekanan – tekanan hidrostatik tinggi, sama dengan tekanan – tekanan hidrostataik pada habitatnya( Nybakken,1988 :133).
Penelitian dari Siebenaller dan Somero menunjukan bahwa perbedaan tekanan hidrostatik sebesar 100 atm atau bahkan lebih kecil , dapat mengubah sifat – sifat fungsional enzim – enzim – enzim yaitu dapat mengubah kemampuan enzim – enzim untuk mengikat subatrat yang tepat dan merubah kecepatan reaksi pengikatan ini( Nybakken,1988 :135).
Penelitian bahkan telah membuktikan bahwa tekanan sangat mempengaruhi morfologi sel, termasuk kemampuan membentuk kumparan mitotic dan melangsungkan mitosis. Bukti – bukti yang diperoleh melalui berbagai percobaan membuktikan dengan menggunakan bermacam- macam hewan laut dalam sangat dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan bahwa tekanan hidrostastik mungkin sangat penting dalam menentukan pola distribusi hewan laut dalam( Nybakken,1988 :136).
4. Salinitas
Salinitas pada kedalaman 100 m pertama , dapat \dikatakan konstan ( walaupun terdapat sedikit perbedaan – perbedaan , tetapi tidak mempengaruhi ekologi secara nyata.
5. Suhu
Menurut Nybakken (1988 :136) ,termoklin merupakan daerah dimana suhu air cepat berubah dengan berubahnya kedalaman laut ialah suatu daerah peralihan yang terletak antara masa air permukaan dengan masa air dalam . Tebal termoklin berkisar antara beberapa ratus meter sampai hampir 1 kilometer. Semakin dalam suhu semakin turun, tetapi laju perubahan nya lebih lambat draipada daerah termoklin. Pada kedalaman 3000 – 4000 m, massa air dapat dikatakan isothermal Dengan kata lain suhu tidak berubah – ubah untuk jangka waktu yang panjang.( tidak terdapat perubahan – perubahan suhu musiman maupun tahunan).
6. Oksigen
Hal yang aneh pada kadar oksigen di laut dalam adalah adanya suatu zona oksigen minimum yang terletak antara kedalaman 500 dan 1000 m. Di bawah maupun di atas zona ini , kadar oksigen lebih tinggi. Dalam zona oksigen minimum, kadar oksigen mungkin kurang dari 0,5ml/liter. Terjadinya zona oksigen minimum di kedalaman antara 500 dan 1000 m dan bukan di kedalaman – kedalaman yang lebih dalam ialah karena di kedalaman melebihhi 1000 m kepadatan organisme demikian rendahnya sehingga kadar oksigen di sini tidak nyata menurun. Sebaliknya di kedalaman antara 500 sampai 1000 kepadatan organisme tinggi . Di kedalaman – kedalaman kurang dari 500m, kadar oksigen cukup tinggi sekalipun biomasa organisme tinggi , karena adanya cadangan oksigen dari atmosfer dan hasil samping fotosintesis tumbuhan ( Nybakken ,1988 :136)
7. Pakan
Letak laut dalam yang jauh dari zona fotosintetik dan di dalam nya tidak berlangsung produksi primer , kecuali di daerah - daerah tertentu dimana terdapat bakteri kemiosmotik. Karena populasi organisme di lapisan atas laut dalam sangat padat , sangat kecil kemungkinan bahwa masih adanya pakan ynag tenggelam hingga mencapai laut dalam . Langkanya pakan di laut dalam mungkin merupakan penyebab rendahnya kepadatan organisme penghuni laut dalam .Tanpa adanya energy dalam jumlah besar yang berasal dari pakan , tidak mungkin sejumlah besar organisme dapat bertahan hidup( Nybakken ,1988 :138)
.
Di laut dalam terdapat berbagai jenis sumber pakan antara lain :
Ø Sumber pakan ynag langsung dapat dimanfaatkan sebagai pakan
a. bermacam organisme laut dalam yang menghabiskan masa awal hidupnya atau stadium larvanya di zona fotik untuk kemudian bermigrasi di laut dalam dimana ia kan menjadi mangsa para predator
b. mamalia bahari dan ikan mati yang tenggelam ke laut dalam dan sampai disana sebelum dimakan seluruhnya oleh organisme – organisme penghuni zona – zona perairan di atas laut dalam
Ø Sumber pakan ynag tidak bisa dimanfaatkan secara langsung ( baru bisa dimanfaatkan setelah diuraikan oleh bakteri antara lain : sisa – sisa tubuh hewan dan tumbuhan ynag tidak tercernakan ( kitin, kayu , selulosa ).
Ø Sumber pakan ynag potensial
Ialah bahan – bahan organik yang larut atau berbentuk koloid dan bahan – bahan yang berasal dari plankton dan berbentuk gelatin . Dewasaini belum diketahui pentingnya bahan – bahan ini sebagai pakan.
Kelangkaan pakan merupakan penyebab rendahnya kepadatan organisme laut dalam .
Di laut dalam juga terdapat makhluk hidup yang tidak bergantung pada material organik terlarut sebagai makanan mereka. Jenis makhluk hidup tersebut hanya ditemukan di sekitar hydrothermal vent. Lubang hidrotermal, misalnya, adalah suatu habitat laut-dalam tempat menyemburnya cairanpanas dari habitat dasar laut. Semua ini ditemukan di pegunungan laut pertengahan tempat lempeng tektonik Bumi bercabang .
Gambar Hydrotermal vent Sebagai contoh adalah hubungan simbiotik antara cacing tabung Riftia dengan bakteri kemosintetik. Kemosintesis yang mendukung kehidupan komunitas kompleks tersebut dapat ditemukan di sekitar hydrothermal vent. Komunitas ini adalah satu-satunya komunitas di planet ini yang tidak bergantung pada keberadaan cahaya matahari.
Bagian – bagian cacing tabung:
· Trofosom – Organ hijau-cokelat tua ini bertekstur seperti spons, dan mengandung bakteri yang menggunakan oksigen, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida untuk membuat makanan mereka sendiri maupun untuk cacing, pastikan untuk menyertakan benda tertentu sebagai bakteri.
• Gudang – Di sinilah tempat limbah disimpan, karena cacing tabung tidak punya mulut, perut, usus, ataupun anus.
• Tabung – Ini silinder berongga yang keras, dan melindungi cacing seperti kulit hewan lainnya. Tentakel dapat ditarik seluruhnya ke dalam cacing untuk menghindari predator.
• Opistosom – Organ ini (seperti vestimentum) menghasilkan bahan baru untuk tabung dan membantu menahan cacing tetap berada di dalam tabungnya.
Fitur yang sangat jelas pada cacing tabung adalah baunya. Salah satu zat kimia yang digunakan oleh bakteri kemosintetik adalah hidrogen sulfida, yang membuat telur busuk berbau begitu khas
Adaptasi
Karena hidup pada laut dalam yang memiliki karakterisrik seperti tersebut di atas maka organisme ( fauna) laut dalam menyesuaikan diri dengan berbagai macam adaptasi antara lain :
Organisme yang hidup pada zona abisal dan batial sering tidak berwarna atau berwarna putih kotor , dan tampaknya tidak berpigmen ( khususnya hewan – hewan bentik ). Karakteristik fauna laut dalam :
Ø Mata yang besar
Mata yang besar akan memberikan kemampuan maksimum untuk mendeteksi cahaya di dalam laut dalam yang intensitas cahaya nya sangat rendah dan mungkin diperlukan pula untuk dapat mendeteksi cahaya berintensitas rendah yang dihasilkan oleh organ – organ penghasil cahaya. Ikan – ikan pada laut dalam juga memiliki penglihatan senja yang sangat peka karena adanya pigmen rodopsin dan tingginya kepadatan batang retina.
Ø Tidak bermata
Pada zona laut dalam yang terdalam lebih dari 2000 m ( abisal pelagic dan hadal pelagic ) ikan – ikan yang hidup disitu memiliki mata yang sangat kecil bahkan tidak bermata karena hidup di lingkungan yang gelap gulita bahkan mata tidak ada guna nya.
Ø Mata berbentuk pipa tubuler
Mata ikan ikan dari beberapa family berbentuk silinder pendek berwarna hitam dengan sebuah lensa tembus cahaya berbentuk setengah lingkaran di puncak silinder .tiap mata mempunyai 2 retina ( yang satu di pangkal silinder sedangkan yang lainnya di dinding silinder ). Retina di pangkal silinder fungsinya untuk melihat obyek obyek yang dekat sedang yang terdapat di dinding silinder untuk melihat obyek – obyek yang jauh.
Ø Memiliki mulut yang besar
Ikan laut dalam memiliki mulut yang besar , relative lebih besar daripada ukuran tubuh nya , dibandingkan dengan ikan penghuni habitat bahari lainnya. Dalam mulut ikan laut dalam terdapat gigi – gigi yang panjang melengkung ke arah tenggorokan ( gigi-gigi ini menjamin bahwa apa yang tertangkap tidak akan keluar lagi dari mulut . Mulut dihubungkan dengan tengkorak oleh suatu engsel yang memungkinkan ikan membuka sangat lebar daripada tubuhnya , sehingga memungkinkan untuk menelan mangsa yang lebih besar daripada tubuhnya. Hal tersebut dilakukan sebagai adaptasi terhadap langkanya pakan di laut dalam.
Ø Giagantisme abisal
Kelompok – kelompoak invertebrate tertentu khususnya amfipoda ,isopoda , ostrakoda,misid, dan kopepoda berukuran jauh lebih besar daripada kerabat – kerabat mereka yang hidup dalam perairan – perairan yang dangkal. Keadaan dimana ukuran membesar dengan meningkatnya kedalaman . Hewan yang berukuran besar lebih mobile serta mampu menjelajahi wilayah yang luas dalam mencari pasangan bagi keperluan reproduksi dan memperoleh makanan.. Jangka hidup yang panjang juga berarti bahwa periode dewasa seksual juga panjang , sehingga cukup waktu untuk mencari pasangan bagi kepentingan reproduksi.
Ø Kandungan air dalam jaringan jaringan tubuh ikan dan krustasea meningkat seiring dengan meningkatnya kedalaman sedangkan kadar lipid dan protein menurun
Bioluminesens di laut dalam
Bioluminesens adalah produksi cahaya oleh orgnisme yang hidup.Mekanisme produksi cahaya tidak hanya dilakukan oleh hewan terrestrial namun juga dilakukan oleh hewan aquatic.Spektrum warna ynag dihasilakn berbeda menurut spesies namun secara keseluruhan warna warna yang dihasilkan dari ungu sampai merah. Organ penghasil cahaya disebut fotofor. Khusus pada ikan , cumi – cumifotofor terdapat dalam jumlah yang besar.Hewan yng memiliki fotofor paling banyak terdapat di bagian atas laut dalam, yaitu zona mesopelagik dan bagian atas zona batipelagik. Di bagian terdalam dari laut dalam jarang ditemukan bioluminesens ( Nybakken,1988 :149 ) .
Fungsi fotofor antara lain ( Nybakken,1988 :151 ) :
Ø Melumpuhkan sejenak predator . hal ini dapat terjadi karena fotofor menghasilkan suatu cahaya kilat yang menyilaukan
Ø Sebagai umpan agar organisme yang dimangsa mendekat sampai jarak jangkau terkaman seekor predator
Ø Menerangi daerah sekelilingnya sehingga suatu predator dapat melihat mangsanya.
Organisme – Organisme laut dalam
Organisme – organisme laut dalam menunjukan adaptasinya terhadap karakteristik laut dalam ( bertekanan besar, sushu ekstrem, langkanya makan, suasana gelap gulita ).Contoh adaptasi – adaptasi tersebut dapat kita lihat dari contoh organisme yang hidup pada laut dalam antara lain :
Viperfish ( ditemukan di zona mesopelagik pada kedalaman 80 – 1600 meter ) merupakan ikan yang terlihat seperti monster laut yang kejam. Beberapa dari mereka berwarna hitam saat malam dengan organ cahaya ( yang disebut dengan photophores ). Fotofor terletak pada salah satu tempat strategis pada tubuhnya. Beberapa viperfish dan banyak spesies ikan laut dalam lainnya tidak memiliki pigmen sehingga semua nya transparan.Mereka juga memiliki mata yang besar untuk mengumpulkan cahaya dari daerah yang sangan minim cahaya. Organ penghasil cahaya dari hewan laut mengahsilkan cahaya karena bioluminescen.
2. Fangtooth
Fangtooth atau Anoplogaster cornuta hidup pada kedalaman 16 feet . Meskipun terlihat seperti monster, hanya tumbuh sampai 6 inchi panjangnya, memiliki body yang pensek dan kepala yang besar. Anoplogaster cornuta disebut juga fangtooth karena memiliki taringyang panjang , tajam , serta ggi – gigi lain yang menyerupai taring dalam jumlah yang banyak dan mulut yang besar.
Warna dari fangtooth dewasa berkisar antara coklat gelap hingga hitam. Sedangkan fangtooth muda berwarna abu –abu cerah. Tekanan pada kedalaman 16 feet sangat lah tinggi , air juga hampir membeku, makanan juga sangat langka sehingga fangtooth akan memakan apa saja yang dapat ia temukan. Fangtooth ditemukan hampir ditemukan di seluruh laut dalam di dunia termasuk di daerah tropis.
3. Dragonfish
Ikan naga ( dragonfish ) atau Grammatostomias flagellibarba,adalah predator buas meskipun berukuran kecil. Dragonfish memiliki kepala yang besar , mulut yang dilengkapi dengan gigi yang menyerupai taring yang tajam. Ikan ini mampu tumbuh hingga panjangnya 6 inchi.Ikan naga (n dragonfish ) memiliki photophores di sepanjang sisi tubuhnya. Organ penghasil cahaya inilah yng digunakan sebagai tanda kepada dragonfish lainnya selama kawin selain itu digunakan pula untuk menarik perhatian mengsanya . Dragonfish hidup pada kedalaman 5000 feet ( 1500 ) meter dan ditemukan pada laut tropis.
4. Angler (Melanocetus johnsoni )
Angler atau Melanocetus johnsoni, memiliki badan yang berbentuk seperti bola basket. . Melanocetus johnsoni memiliki mulut yang lebar dengan gigi yang menyerupai taring yang tajam. Melanocetus johnsoni hanya tumbuh hingga panjang 5 inchi. Melanocetus johnsoni diberi julukan angler karena ikan tersebutmemiliki tulang belakang yang panjang dan pada ujungnya terdapat photophores ( yang memproduksi cahaya ). Fakta yang naeh dari ikan ini adalah bahwa ikan yang jantan lebih kecil dari iakn betina dan memiliki gigi kait yang kecil yang digunakan untuk menempel pada ikan betina. Ketika menempel maka pembuluh darah iakn jantan akan menyatu dengan pembuluh darah ikan betina. Ikan jantan seperti parasit, karena mendapat seluruh nutrisi nya dari ikan betina. Apabila ikan jantan tidak mampu menempel pada betina maka ia akan mati kelaparan. Melanocetus johnsoni ditemukan pada kedalaman lebih dari 3000 feet.
5. Gulper Eel (Eurypharynx pelecanoides)
Gulper Eel atau nama latinnya Eurypharynx pelecanoides merupakan salah satu makhluk teraneh yang hidup di laut dalam. Mulut dari ikan ini sangat lebar sehingga dapat memangsa hewan yang lebih besar dari nya. Perut iakn ini juga dapat meregang untuk mengakomodasi makanan yang besar.Selain itu Eurypharynx pelecanoides juga memiliki ekor yang panjang . Ikan jenis ini ditemukan hampir di seluruh laut di dunia pada kedalaman 3000- 6000 kaki
6. Architeuthis dux
Architeuthis dux, merupakan salah satu dari hewan terbesar di bumi dengan panjang mencapa 60 kaki sehingga Architeuthis dux sekaligus menjadi avertebrata terbesar di dunia. Architeuthis dux masuk ke dalam kelas cephalopoda filum molluska dan merupakan hewan karnivora ( kan memakan apa saja yang dapat ditangkap ).
Harriotta raleighana dapat mencapai 5 feet panjangnya . Ikan jenis memiliki belati kecil seperti hidung yang mengingatkan pada salah satu kontur hidung pesawat jet supersonik. Harriotta raleighana memiliki racun pada bgaian pertama tulang belakang nya yang dapat membunuh manusia. Ikan ini hidup pada kedalaman 8000 kaki.
7. Coffinfish
B.melanostomus memiliki badan yang lembek dan ekor yang panjang yang ditutupi oleh duri – duri kecil. Spesies ini dapat tumbuh hingga panjang minimal 10 cm. B.melanostomus hidup pada kedalaman 1320 m sampai 1760 m. Nama B.melanostomus diambil dari bahasa yunani melanos yang berarti hitam dan stoma yang berarti mulut.
9. Bathynomus giganteus
Isopoda raksasa atau yang di kenal dengan nama ilmiah Bathynomus giganteus merupakan salah satu anggota dari family isopoda Hewan ini dapat mencapai panjang hingga 16 inchi . Bathynomus giganteus merupakan krustasea karnivor yang beradaptasi untuk memakan apasaja yang jatuh dasar laut selain itu ia juga memakan beberapa invertebrate kecil yang hidup pada kedalaman 2000 kaki.
10. Vampyroteuthis infernalis
Tabel Beberapa jenis binatang eribatik serta kedalaman darimana mereka diambil.
|
|
Porifera |
|
Tenea murikata | 30 sampai 3440 meter |
Stilokordila borealis | 2 sampai 3000 meter |
Tantorium semisuberites | 26 sampai 2970 meter |
Polikheta |
|
Lumbrikonereis impasiens | Sekurang – kurangnya sampai 3000 meter |
Glisera ruksi | Sekurang – kurangnya sampai 3000 meter |
Notomastus lateriseus | Sekurang – kurangnya sampai 3000 meter |
Hidroides norvegika | Sekurang – kurangnya sampai 3000 meter |
Pomatoseros | 5 sampai 3000 meter |
Amfikteis guneri | 20 sampai 5000 meter |
Siripedia |
|
Veruka stromia | Litoral sampai 300 meter |
Kumasea |
|
Diastilis levis | 9 sampai 2980 meter |
Edorela trunkatula | 9 sampai 2980 meter |
Isopoda |
|
Antarturus furkatus | 10 sampai 3010 meter |
Lamelibrankiata |
|
Limopsis aurita | 38 sampai 3175 meter |
Astarte sulkata | 10 sampai 2000 meter |
Skrobikularia longikalus | 36 sampai 4400 meter |
Gastropoda |
|
Neptunea kurta | 8 sampai 2580 meter |
Neptunea islandika | 30 sampai 3000 meter |
Pungturela noakhina | 8 sampai 2000 meter |
Sisulera krispata | 12 sampai 2300 meter |
Natika grunlandia | 3 sampai 2300 meter |
Natika afinis | 6 sampai 2600 meter |
Skafander pungtostriatus | 35 sampai 2800 meter |
Asteroidea |
|
Psedarkhaster pareli | 15 sampai 2500 meter |
Henrisia sanguinolenta | 0 ampai 2450 meter |
Ofiuroidea |
|
Ofiakanta bidentata | 5 sampai 4400 meter |
Ofiofolis akuleata | 0 sampai 2450 meter |
Ofiura sarsi | 10 sampai 3000 meter |
Ofiokten seriseum | 5 sampai 4500 meter |
Ekhinoidea |
|
Ekhinokardium austral | 0 sampai 4900 meter |
Holoturoidea |
|
Mesoturian intestinalis | 20 sampai 2000 meter |
Dari Ekman S.1953. Zoologi dari lautan.Sidgwick& Jackson,Ltd.London dalam ( Mc . Connaughey, Bayar dan Robert Zottoli. 1983,412 )
BAB III
KESIMPULAN
1. Faktor abiotik pada ekosistem laut dalam antara lain :
Ø Cahaya
Ø Kedalaman
Ø Suhu
Ø Salinitas
Ø Kadar O2
Ø Tekanan Hidrostatik
Factor biotik pada ekosistem laut dalam antara lain :
Ø Fauna laut dalam meliputi ikan laut dalam, porifera, Lamelibrankiata, Siripedia, Kumasea, Isopoda, Gastropoda, Asteroidea, Ofiuroidea, Ekhinoidea, Holothuroidea
2. Salah satu bentuk hubungan antara komopnen biotic dan abiotik adalah adaptasi yang dilakukan oleh fauna laut dalam terhadap kondisi lingkungann nya
Daftar Pustaka
Mc . Connaughey, Bayar dan Robert Zottoli. 1983. Pengantar Biologi Laut. Semarang : IKIP Semarang Press.
Nybakken, James W . 1988. Biologi Laut suatu pendekatan ekologis . Jakarta : Gramedia.
Prismanata, Yoga. 2010. Ekosistem laut dalam diakses dari maspris9000, blogspot.com/…/ ekositem laut dalam -deep-sea-yang.htm pada hari Selasa, 31 Mei 2011 pukul 13.43 .
. 2011.Laut Dalam diakses dari www.wikipedia.com pada hari Selasa, 31 Mei 2011 pukul 13.30 . 2010 Deep sea organism diakses dari www. google.com pada hari Selasa, 31 Mei 2011 pukul 13.58
Prismanata, Yoga. 2010. Ekosistem laut dalam diakses dari maspris9000, blogspot.com/…/ ekositem laut dalam -deep-sea-yang.htm pada hari Selasa, 31 Mei 2011 pukul 13.43 .